Flow -  Progress

Menyambut 1 Muharram di Traji Temanggung (SURONAN)

SURONAN di Traji Temanggung.
Keduselatan.com, Temanggung – Ritual Sendang Sidukun, Menyambut Suro di Traji Temanggung, Ritual ini dilakukan warga Traji Parakan Temanggung pada malam tahun baru Islam atau Tahun Baru Kalender Jawa, Yaitu 1 Sura / 1 Muharram.


Seperti yang sudah dilakukan setiap tahunnya, ritual ini dipimpin oleh Kepala Desa Traji dengan didampingi Istri di mata air Sendang Sidukun, sendang terletak dipinggir jalan raya Parakan – Sukorejo, Warga yang hadir tidak hanya dari warga Desa Traji tapi juga warga Temanggung secara keseluruhan, bahkan ada yang dari luar Temanggung.
“Tidak hanya dari warga desa tetapi juga daerah lain seperti Demak, Tegal, Klaten, Yogyakarta, Semarang, Wonosobo, Kendal yang percaya akan tercapai cita-citanya dengan mengikuti ritual di sini pada malam ini,” kata Pak Kades.
Dalam Ritual ini, Kepala desa dengan didampingi istri menggunakan pakaian adat Jawa kebesaran kerjaan dengan diiringi  oleh warga laki-laki baik perangkat desa maupun warga biasa dengan menggunakan pakaian adat Jawa gaya Yogyakarta.
Ritual dimulai dengan berjalan kaki dari balai desa menuju mata air sendang sidukun yang berjalak 500 meter dengan mengusung tandu sesaji dan dua gunungan hasil bumi masyarakat Traji.
Untuk isi sesaji diantaranya ada jajan pasar, kembang, kemenyan, ingkung ayam, kepala kambing dan minuman sedangkan untuk gunungan biasanya berupa kacang panjang, sawi, cabai, bawang merah, bawang putih, terong dan singkong, Ritual dilaksanakan antara pukul 18.00 – 19.00 WIB.
Mata air sendang sidukun sendiri merupakan sumber air utama bagi para petani setempat, dengan jumlah penduduk sekitar 3.600 jiwa atau 995 KK.
Rangkaian ritual berikutnya adalah pembacaan doa oleh kades dan warga langsung menceburkan diri ke dalam sendang dan berebut aneka sesaji yang berada di dekat mata air tersebut, hal yang dinantikan juga adalah pembagian ari dari mata air tersebut oleh juru kunci Sendang sidukun.
Setelah ritual di Sendang selesai maka rombongan akan kembali ke balai desa, kades dan istri duduk berdampingan dan mendapat sungkeman dari semua perangkat desa dan warga sekitar. Menurut kades Traji tradisi ini sudah berlangsung lebih dari 200 tahun setiap malam 1 suro.
Kemeriahan dirasakan jauh-jauh hari dengan adanya pasar malam dimana warga masyarakat menggelar lapak dagangannya dikiri kanan jalan raya dan arena permainan di Lapangan desa setempat, dan puncaknya adalah H-3 sampai H+4 dari 1 suro yang biasa ditutup dengan wayangan.(den)


sumber : http://www.keduselatan.com/ritual-sendang-sidukun-menyambut-suro-di-traji-temanggung.html

0 komentar:

Mengetahui tentang makanan khas temanggung EMPIS-EMPIS (cabe-cabean)




Saat lebaran adalah saat menikmati masakan enak. Dulu, ketika saya masih kecil, makan ayam itu dalam setahun jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Salah satunya adalah pada saat lebaran.
Momen lain saya bisa menikmati daging ayam adalah saat bapak mendapat undangan kenduri. Ibu biasanya membagi nasi kenduri tersebut dalam piring-piring kecil sebanyak anggota keluarga dalam rumah. Sepotong daging ayam kecil juga disuwir-suwir dalam pembagian tersebut.
Kami biasanya berebutan memilih piring yang porsi suwiran dagingnya paling banyak atau irisan kuning telurnya paling besar.
Momen lainnya kami bisa makan daging ayam adalah saat tetangga mengadakan acara wiwit, yaitu upacara memulai panen padi. Pada malam harinya, sang pemilik sawah biasanya mengundang anak-anak pergi ke sawah untuk dibagi nasi gurih dan daging ayam. Sebagian juga memberi sesaji di bagian tertentu sawah.
Pada waktu itu makan daging ayam adalah sebuah kemewahan luar biasa dan kami merasakan sensasi tersebut. Entah karena kami jarang makan daging atau masakannya memang enak.
Berbeda dengan jaman sekarang, makan ayam, apalagi jenis ayam pedaging, rasanya sangat hambar dan bisa dikatakan tidak ada sensasinya.
Empis-empis
Berbeda dengan masakan daging ayam. Ada satu masakan khas daerah Temanggung, yang dari dulu hingga sekarang, yang saya bisa menikmati sensasi kelezatannya, yaitu masakan Empis-empis. Masakan ini adalah sejenis masakan oseng-oseng berbahan baku utama cabe hijau, bisa cabe besar atau cabe rawit. Cabe rawit biasanya lebih pedas daripada cabe besar. Untuk campurannya biasanya menggunakan tetelan daging sapi atau tempe.
Selama lebaran ini, Empis-empis banyak dijadikan sebagai salah satu menu utama. Jika kita bertamu dan bersilaturahmi ke rumah mereka, kita juga bisa menikmatinya.
Sebelah kiri adalah bestik daging sapi, cocok dipadukan dengan empis-empis (Dok pribadi)
Sebelah kiri adalah bestik daging sapi, cocok dipadukan dengan empis-empis (Dok pribadi)
Bagi mereka yang tidak tahan pedas. Jangan coba-coba mencicipi masakan ini. Dari mulai aroma dan kuahnya saja sudah ketahuan pedasnya. Tetapi bagi mereka yang menyukai masakan pedas boleh mencobanya. Dijamin pasti akan ketagihan.
Saya sendiri, sebenarnya juga sangat suka dengan masakan pedas. Tapi kalau kebanyakan biasanya perut yang tidak tahan. Kalau pas kondisi fisik kurang fit. 
Reaksi yang paling umum biasanya adalah perut menjadi mules dan menjadi sering buang air besar. Kalau sudah begitu, saya sudah harus banyak menahan diri, meski sebenarnya nafsu untuk melahapnya masih besar.

sumber : http://www.kompasiana.com/aljohan/empis-empis-kuliner-khas-temanggung-berbahan-utama-cabe_57802b5db39373de0643e421

0 komentar:

Mengenal JARAN KEPANG (JK) Temanggung

KUDA LUMPING / JARAN KEPANG



Kuda Lumping menjadi satu budaya yang banyak diminati masyarakat Temanggung. Terbukti dengan adanya kelompok kesenian Kuda Lumping yang berjumlah sekitar 500 kelompok yang tersebar di seluruh wilayah Temanggung. Seni kuda lumping sendiri pada saat ini sudah mulai muncul kembali di dunia pentas hiburan rakyat, yang selama ini tertutup oleh ekspansi budaya elektronika yang gencar dipublikasikan di media elektronik.
Pada tahun 2009 lalu mulai lagi bermunculan group-group baru kuda lumping dipelbagai kecamatan di Temanggung. yang mulai mengkombinasikan dari kesenian asli dengan kesenian modern.Kebudayaan yang satu ini memang sering dikaitkan dengan unsur “Klenik” atau magis, namun sebagai Pemuda hendaknya kita mengambil sikap yang positif dimana masih ada orang-orang yang mampu bertahan untuk melestarikan budaya asli daerah mereka di antara himpitan ekonomi, politik maupun budaya yang semakin menyingkirkan kesenian ini.

Konon, tari kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.
Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.



sumber :https://blog.uad.ac.id/nurhidayah1300001314/2015/01/09/budaya-khas-temanggung/

0 komentar:

Mengenal alat musik KHAS Temanggung "CENGKUNGAN"

CENGKUNGAN KHAS TEMANGGUNG


Di tengah hiruk pikuknya ekspansi modernisasi, kesenian tradisional itu masih mampu bertahan hidup meski dengan segala keterbatasan. Adalah semangat para senimannya untuk tetap berjuang melestarikan budaya warisan leluhur ini. Generasi kini tak banyak tahu apakah cengklungan itu. Ini dibuktikan dengan hanya beberapa orang dari generasi muda Temanggung yang tahu tentang kesenian tradisional ini.
Seperti dalam Festival Budaya Temanggung yang digelar dalam rangka memeriahkan hari jadi ke-175 Kabupaten Temanggung beberapa waktu lalu, kesenian cengklungan turut serta memeriahkannya. Selain itu grup-grup kesenian lain yang berasal dari berbagai wilayah di Kabupaten Temanggung tak ketinggalan ikut berpartisipasi. Kesenian tradisional tersebut antara lain: warokan, kuda lumping, sorengan, ndayakan, kubro, siteran, petilan wayang, bangilun, prajuritan, tayub, srandul, wulangsunu, cokekan, barsomah dan lain-lain.
Dari sekian banyak kesenian tradisional yang ditampilkan, cengklungan ternyata mampu menyita perhatian para penonton. Kebanyakan dari para penonton cukup antusias menikmati penampilan para seniman cengklungan yang memang sudah amat jarang ditemukan keberadaannya. Tak heran jika para penonton langsung bergerak maju ingin menyaksikan kesenian ini dari dekat begitu nama cengklungan disebut oleh panitia.
Dalimin WS, sesepuh sekaligus pelatih seni cengklungan dari Desa Geblok Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, bersama rekan-rekannya dengan gigih dia mencoba mengenalkan kembali tradisi yang hampir punah ini. Menurut pria berusia 60 tahun itu asal mula cengklungan memang masih tanda tanya. Dia mengatakan jika kesenian yang satu ini boleh dikata masih kabur sehingga hingga kini tidak diketahui secara pasti siapa yang mula-mula memperkenalkan. Namun menurutnya, pada jaman penjajahan Belanda kesenian itu sudah ada. Bahkan hampir di seluruh pelosok desa di Temanggung kala itu kesenian cengklungan lazim dimainkan bila sedang ada acara-acara tertentu seperti perkawinan atau khitanan.
Pak Dalimin memang sudah menjadi legenda di dalam kesenian Cengklungan ini. Pertama kali belajar cengklungan pada saat masih berusia 10 tahun dengan dilatih oleh ayah dan kakeknya, dia menjadikan cengklungan salah satu kesenian yang diperhitungkan di Temanggung. Semenjak terjun di dunia ini pula beliau tidak pernah letih mengajarkan cengklungan kepada masyarakat dan warga sekitar tempat tinggalnya.
Sudah sekitar 10 tahun ini dia mendirikan Paguyuban Seni Cengklungan di tempat tinggalnya di desa Geblok, Kaloran, Temanggung. Meskipun jumlah peminatnya masih sedikit, pria berkacamata ini tetap yakin bila perkembangan cengklungan akan dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Tiap hari senin dan rabu malam, suara khas cengklungan berkumandang di depan balai desa Geblog. Para Seniman dari Paguyuban Seni Cengklungan ternyata sedang melakukan latihan. Mereka memainkan lagu-lagu langgam jawa dan lagu-lagu jaman sekarang. Tak jarang warga sekitar yang sedang menontonpun ikut bernyanyi dan larut dalam suasana malam. Latihan seperti ini memang rutin digelar dua kali tiap minggu. Dengan anggota sekitar 25 orang, paguyuban ini siap tampil bila ditanggap oleh pihak-pihak yang sedang punya hajat. Contohnya mereka pernah tampil di acara-acara pengajian, pernikahan, khitanan, dan lain-lain. Bahkan bapak Bupati Temanggung pun sering mengundang mereka pada saat acara-acara khusus di Pendopo Kabupaten.
Selanjutnya masih menurut Pak Min, begitu dia dipanggil, cengklungan sebenarnya bercerita tentang kehidupan petani. Setiap gerakannya menggambarkan tarian petani dalam mengolah tanah pertaniannya. Ada gerakan mencangkul, menanam padi, menyiangi padi, menghalau burung, menuai sampai menumbuk padi.
Sebenarnya dulu kesenian ini diciptakan dengan tidak sengaja. Yaitu berawal dari spontanitas para penggembala yang sedang menunggu ternaknya, mereka berkreasi memodifikasi payung kruduk dengan suket grinting dan bambu, ternyata tingkah polah mereka mampu mengeluarkan bunyi-bunyi yang harmonis ditambah nyanyian rakyat.
Uniknya alat musik pengiring yang bernama cengklung tersebut, berasal dari payung kruduk (sejenis payung/mantol) yang dulu sering digunakan para penggembala ternak ketika musim hujan. Payung kruduk yang kini jarang kita temui, ternyata tersimpan di sebuah museum di Den Haag Belanda. Benda ini terbuat dari bambu, clumpring, ijuk dengan dawai dari suket (rumput) grinting. Keseluruhan alat musik pengiring terdiri dari empat payung kruduk dan satu buah seruling bambu. Cengklung itu sendiri dibagi menjadi beberapa fungsi yakni bass, kendang ketuk, kenong dan melodi/siter.
Kini para seniman cengklung itu berupaya untuk lebih memasyarakatkan seni tersebut baik di Temanggung maupun di luar kota. Tahap regenerasi pada kaum muda pun terus diupayakan demi kelangsungan hidup kesenian khas Temanggung ini. Namun demikian mereka kini dengan semangat dan tetap berharap mendapat dukungan dari Pemkab Temanggung serta masyarakat luas. Mereka juga berkeinginan untuk memiliki kostum tersendiri khas Cengklungan.
Salah satu upaya agar kesenian cengklungan ini lebih memasyarakat, Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung mewajibkan di setiap kegiatan di daerah-daerahnya, menampilkan atraksi kesenian ini. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi masyarakat pada umumnya dan instansi terkait pada khususnya.
Tujuannya adalah untuk melestarikan kebudayaan asli Indonesia dan hal yang paling penting dari itu semua adalah agar kebudayaan asli Nusantara tercinta ini tidak hilang karena diklaim oleh negara lain. Tentunya sedih hati ini bila hal tersebut sampai terjadi.Kelak kesenian cengklungan ini dapat bersaing dengan kesenian tradisional lain di Indonesia. Bukan tidak mungkin cengklungan dapat sejajar dengan angklung dari Jawa Barat atau Sasando Rote dari Nusa Tenggara Timur yang lebih dikenal orang bila pemerintah dan pihak-pihak terkait serius untuk mengembangkan kesenian ini.



sumber :https://blog.uad.ac.id/nurhidayah1300001314/2015/01/09/budaya-khas-temanggung/

0 komentar:

Kota di antara Gunung Sindoro Sumbing

Keindahan Alam Temanggung

Temanggung sebuah kota kecil di wilayah Jawa Tengah,dimana di temanggung ini aku dilahirkan dan dibesarkan.Tepatnya aku dilahirkan disebuah desa kecil Gedangan,Mento,Candiroto,Temanggung.Oleh teman-temanku sekarang, aku sering dipanggil cah wudel (Anak Puser),karena aku berasal dari kampung dibawah gunung kembar SUSI,yakni Gunung SUmbing-SIndoro.Gunung Kembar nan indah yang berdiri gagah diatas tanah Temanggung.Sindorodengan ketinggian 3153m DPL,dan Sumbing 3371m DPL,yang sudah tidak asing lagi bagi para pencinta alam ataupun para pendaki gunung,yang bisanya para pecinta alam melakukan ekspedisi Triple S (Sindoro,Sumbing,Slamet). 
Gunung Kembar SuSi (Sumbing-Sindoro) Temanggung.

Batas-batas administrative Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut:
- Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang
- Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang
- Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang
- Di sebelah Barat berbatsn dengan Kabupaten Wonosobo.
Wilayah Kabupaten Temanggung secara geoekonomis dilalui oleh 3 jalur pusat kegiatan ekonomi, yaitu Semarang (77 Km), Yogyakarta (64 Km), dan Purwokerto (134 Km).
 Banyak yang mengira kalau Temanggung hanya cantik dan bersih, namun miskin obyek wisata.
     Anggapan  ini keliru, karena Temanggung justru memiliki khazanah pariwisata yang lengkap, mulai dari wisata alam, wisata pegunungan/pendakian, wisata sejarah, wisata geologi, wisata pendidikan, wisata tradisi, hingga wisata buatan seperti rekreasi kartini di Kowangan dan Pikatan Water Park di Komplek Kolam Renang Pikatan.
     Hanya saja, Temanggung “diapit” oleh dua kabupaten yang memiliki potensi wisatanya lebih dikenal orang, khususnya turis asing. Terutama Candi Borobudur (Kabupaten Magelang) dan Dataran Tinggi Dieng (Kabupaten Wonosobo). Akibatnya, Temangung lebih sering dijadikan kota Ampiran atau Daerah Antar Tujuan Wisata (DATW), belum sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW).
     Umumnya, para wisatawan nusantara maupun mancanegara hanya melewati Temanggung ketika dalam perjalanan wisata Semarang-Dieng atau Yogyakarta-Borobudur-Dieng. Temanggung memang berada di jalur wisata strategi Yogyakarta-Borobudur-Temanggung-Dieng dan jalur Semarang-Curug Sewu-Temanggung-Dieng. Hal ini menunjukkan bahwa jika digarap dengan lebih baik lagi, Temanggung bisa menjadi DTW andalan di Jawa Tengah.
     Pemerintah  daerah sangat berkeinginan untuk mengubah posisi Temanggung menjadi daerah tujuan wisata. Apalagi banyak obyek wisata yang menarik dan potensial antara lain Taman Rekreasi Pikatan Indah dengan Pikatan Water Parknya, Monumen Bambang Sugeng, Monumen Meteorit, Candi Pringapus, Curug Lawe, Curug Trocoh, Prasasti Gondosuli, Goa Lawa, Umbul Jumprit dengan Pengambilan Air Suci Waisak, dan lain-lain.
     Kecuali Taman Rekreasi Kartini yang merupakan obyek wisata buatan, keberadan obyek-obyek wisata di Temanggung terkait erat dengan cerita sejarah dan legenda yang menarik untuk disimak. Hal ini terkait dengan ragam dan budaya masyarakat di mana obyek wisata ditemukan.
     Pendakian Gunung Sindoro dan Sumbing pun bisa dijadikan obyek andalan mengingat banyak kawula muda yang memiliki hobi mendaki gunung.
     Penggemar tanaman hias dan tanaman buah bisa memuaskan hobinya dengan mengunjungi Pasar Agrobisnis Soropadan di Kecamatan Pringsurat.



Sejarah Temanggung

   Sejarah Temanggung selalu dikaitkan dengan raja Mataram Kuno yang bernama Rakai Pikatan. Nama Pikatan sendiri dipakai untuk menyebutkan suatu wilayah yang berada pada sumber mata air di desa Mudal Kecamatan Temanggung. Disini terdapat peninggalan berupa reruntuhan batu-bebatuan kuno yang diyakini petilasan raja Rakai Pikatan. Sejarah Temanggung mulai tercatat pada Prasasti Wanua Tengah III Tahun 908 Masehi yang ditemukan penduduk dusun Dunglo Desa Gandulan Kecamatan Kaloran Temanggung pada bulan November 1983. Prasasti itu menggambarkan bahwa Temanggung semula berupa wilayah kademangan yang gemah ripah loh jinawi dimana salah satu wilayahnya yaitu Pikatan. Disini didirikan Bihara agama Hindu oleh adik raja Mataram Kuno Rahyangta I Hara, sedang rajanya adalah Rahyangta Rimdang (Raja Sanjaya) yang naik tahta pada tahun 717 M (Prasasti Mantyasih). Oleh pewaris tahta yaitu Rake Panangkaran yang naik tahta pada tanggal 27 November 746 M, Bihara Pikatan memperoleh bengkok di Sawah Sima. Jika dikaitkan dengan prasasti Gondosuli ada gambaran jelas bahwa dari Kecamatan Temanggung memanjang ke barat sampai kecamatan Bulu dan seterusnya adalah adalah wilayah yang subur dan tenteram (ditandai tempat Bihara Pikatan).
Pengganti raja Sanjaya adalah Rakai Panangkaran yang naik tahta pada tanggal 27 November 746 M dan bertahta selama kurang lebih 38 tahun. Dalam legenda Angling Dharma, keratin diperkirakan berada di daerah Kedu (Desa Bojonegoro). Di desa ini ditemukan peninggalan berupa reruntuhan. Di wilayah Kedu juga ditemukan desa Kademangan. Pengganti Rakai Panangkaran adalah Rakai Panunggalan yang naik tahta pada tanggal 1 april 784 dan berakhir pada tanggal 28 Maret 803. Rakai Panunggalan bertahta di Panaraban yang sekarang merupakan wilayah Parakan . Disini ditemukan juga kademangan dan abu jenasah di Pakurejo daerah Bulu. Selanjutnya Rakai Panunggalan digantikan oleh Rakai Warak yang diperkirakan tinggal di Tembarak. Disini ditemukan reruntuhan di sekitar Masjid Menggoro dan reruntuhan Candi dan juga terdapat Desa Kademangan. Pengganti Rakai warak adalah Rakai Garung yang bertahta pada tanggal 24 januari 828 sampai dengan 22 Pebruari 847. Raja ini ahli dalam bangunan candid an ilmu falak (perbintangan). Dia membuat pranata mangsa yang sampai sekarang masih digunakan. Karena kepandaiannya sehingga Raja Sriwijaya ingin menggunakannya untuk membuat candi. Namun Rakai Garung tidak mau walau diancam. Kemudian Rakai Garung diganti Rakai Pikatan yang bermukim di Temanggung. Disini ditemukan Prasasti Tlasri dan Wanua Tengah III. Disamping itu banyak reruntuhan benda kuno seperti Lumpang Joni dan arca-arca yang tersebar di daerah Temanggung. Disini pun terdapat desa Demangan.
Dari buku sejarah karangan I Wayan badrika disebutkan bahwa Rakai Pikatan selaku raja Mataram Kuno berkeinginan menguasai wilayah Jawa Tengah. Namun untuk merebut kekuasaan dari raja Bala Putra Dewa selaku penguasa kerajaan Syailendra tidak berani. Maka untuk mencapai maksud tersebut Rakai Pikatan membuat strategi dengan mengawini Dyah Pramudha Wardani kakak raja Bala Putra Dewa dengan tujuan untuk memiliki pengaruh kuat di kerajaan Syailendra. Selain itu Rakai Pikatan juga menghimpun kekuatan yang ada di wilayahnya baik para prajurit dan senapati serta menghimpun biaya yang berasal dari upeti para demang. Pada saat itu yang diberi kepercayaan untuk mengumpulkan upeti adalah Demang Gong yang paling luas wilayahnya. Rakai Pikatan menghimpun bala tentara dan berangkat ke kerajaan syailendra pada tanggal 27 Mei 855 Masehi untuk melakukan penyerangan. Dalam penyerangan ini Rakai Pikatan dibantu Kayu Wangi dan menyerahkan wilayah kerajaan kepada orang kepercayaan yang berpangkat demang. Dari nama demang dan wilayah kademangan kemudian muncul nama Ndemanggung yang akhirnya berubah menjadi nama Temanggung.
Catatan sejarah Temanggung berasal dari :

  1. Prasasti Wanua Tengah III, Berkala arkeologi tahun 1994 halaman 87 bahwa Rakai Pikatan dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 27 Mei 855 M.
  2. Prasasti Siwagrha terjemahan Casparis (1956 - 288), pada tahun 856 M Rakai Pikatan mengundurkan diri.
  3. Prasasti Nalanda tahun 860 (Casparis 1956, 289 - 294), Balaputra dewa dikalahkan perang oleh Rakai Pikatan dan Kayu Wangi.
  4. Prasasti Wanua Tengah III, Berkala Aekeologi Tahun 1994 halaman 89, Rakai Kayu Wangi naik tahta tanggal 27 Mei 855 M.
  5. Dalam buku karangan I Wayan Badrika halaman 154, Pramudya Wardani kawin dengan Rakai Pikatan dan naik tahta tahun 856 M. Balaputra Dewa dikalahkan oleh Pramudha wardani dibantu Rakai Pikatan (Prasasti Ratu Boko) tahun 856 M.
Catatan diatas dapat disimpulkan bahwa Rakai Pikatan mengangkat putranya Kayu Wangi. Selanjutnya mengundurkan diri dan meninggalkan Mataram untuk kawin dengan Pramudha Wardani. Dalam peperangan melawan Balaputra Dewa, Rakai Pikatan dibantu putranya Kayu Wangi.

Riwayat Singkat Hari Jadi Kabupaten Temanggung

Berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Hindia Belanda, Nomor 11 Tanggal 7 April 1826, Raden Ngabehi Djojonegoro ditetapkan sebagai Bupati Menoreh yang berkedudukan di Parakan, dengan gelar Raden Tumenggung Aria Djojonegoro. Setelah perang Diponegoro berakhir, beliau kemudian memindahkan Ibu Kota ke Kabupaten Temanggung. Kebijaksanaan pemindahan ini didasarkan pada beberapa hal; Pertama, adanya pandangan masyarakat Jawa kebanyakan pada sat itu, bahwa Ibu Kota yang pernah diserang dan diduduki musuh dianggap telah ternoda dan perlu ditinggalkan. Kedua, Distrik Menoreh sebuah daerah sebagai asal nama Kabupaten Menoreh, sudah sejak lama digabung dengan Kabupaten Magelang, sehingga nama Kabupaten Menoreh sudah tidak tepat lagi. Mengingat hal tersebut, atas dasar usulan Raden Tumenggung Aria Djojonegoro, lewat esiden Kedu kepada Pemerintah Hindia Belanda di Batavia, maka disetujui dan ditetapkan bahwa nama Kabupaten Menoreh berubah menjadi Kabupaten Temanggung. Persetujuan ini berbentuk Resolusi Pemerintah Hindia Belanda Nomor 4 Tanggal 10 Nopember 1834.
Mempertimbangkan bahwa Hari Jadi Daerah merupakan awal perjalanan sejarah, agar diketahui semua lapisan masyarakat, guna memacu meningkatkan semangat pembangunan dan pengembangan daerah, maka Pemerintah Kabupaten Dati II Temanggung menugaskan kepada DPD II KNPI Kabupaten Temanggung untuk mengadakan pelacakan sejarah dan seminar tentang Hari Jadi Kabupaten Temanggung. Dari hasil seminar tanggal 21 Oktober 1985, yang diikuti oleh Sejarawan, Budayawan dan Tokoh Masyarakat, ABRI, Rokhaniwan, Dinas/Instansi/Lembaga Masyarakat dan lain-lainnya, maka ditetapkan bahwa tanggal 10 Nopember 1834 sebagai Hari Jadi Kabupaten Temanggung.




sumber : http://djoko-sindoro.blogspot.co.id/2011/09/keindahan-alam-temanggung.html

0 komentar:

WISATA "KOLAM CINTA" di daerah Ngadirejo Temanggung Jawa Tengah

WISATA "KOLAM CINTA" di daerah Ngadirejo Temanggung Jawa Tengah



Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah adalah salah satu tempat wisata yang berada di desa ngadirejo, kabupaten temanggung, provinsi jawa tengah, negara indonesia . Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah adalah tempat wisata yang ramai dengan wisatawan pada hari biasa maupun hari liburan. Tempat ini sangat indah dan bisa memberikan sensasi yang berbeda dengan aktivitas kita sehari hari.

Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah memiliki pesona keindahan yang sangat menarik untuk dikunjungi. Sangat di sayangkan jika anda berada di kota temanggung tidak mengunjungi wisata air yang mempunyai keindahan yang tiada duanya tersebut.

Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah sangat cocok untuk mengisi kegiatan liburan anda, apalagi saat liburan panjang seperti libur nasional, ataupun hari ibur lainnya.  Keindahan Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah ini sangatlah baik bagi anda semua yang berada di dekat  atau di kejauhan untuk merapat mengunjungi tempat  Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah di kota temanggung.

Dimana lokasi Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah ? seperti yang tertulis di atas lokasi Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah terletak di desa purbosari, Kecamatan ngadirejo , Kabupaten temanggung, Provinsi jawa tengah.

Tetapi jika anda masih bingung di mana lokasi atau letak Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah saya sarankan anda mencari dengan mengetik Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah di search google maps saja. Di Google maps sudah tertandai dimana lokasi yang anda cari tersebut.
Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah merupakan tempat wisata yang harus anda kunjungi karena pesona keindahannya tidak ada duanya. Penduduk lokal daerah  ngadirejo juga sangat ramah tamah terhadap wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
Kota temanggung juga terkenal akan keindahan obyek wisatanya , salah satu contohnya adalah Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah ini.  Lokasi kolam cinta ini tidak jauh dari Candi Liyangan. Area kolam tersebut terdiri dari tiga kolam yang memiliki kedalaman yang berbeda satu sama lain.ketiga kolam yang ada di dalamnya dibuat dengan kedalaman setengah meter hingga satu meter. Dengan demikian, kolam ini tidak dalam,sehingga cocok bagi anak-anak. 

Berwisata ke Kolam Cinta dapat menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu santai bersama keluarga tercinta. Kenikmatan pesona alamnya begitu menarik hati. area kolam tidak hanya sebatas kolam saja. Akan tetapi, area kolam tersebut dikelilingi dengan persawahan yang masih asri. Hijaunya alam nan asri adalah kunci bagi salah satu destinasi wisata di Temanggung ini. Selain uniknya desain kolam, Anda dapat merasakan bagaimana indahnya menikmati suasana alam yang kental dengan hijaunya pepohonan. 
Suasana pagi dan sore hari di kolam ini mampu menghadirkan nuansa romantis yang elok rupawan.Nuansa alami yang tergambar pada area Kolam Cinta ini melukiskan sebuah kesegaran yang nyata. Dua manfaat sekaligus dapat dirasakan. Berkunjung ke Kolam Cinta Alam merupakan suatu pilihan yang tepat, di mana Anda mampu merasakan double kesegaran nyata alaminya. Berenang di air jernih dan nuansa udara yang dingin, menantang untuk dicoba. Panorama sekeliling yang penuh daya tarik, menjadikan tempat ini semakin cantik.
Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah  bisa dibilang sebuah wisata air yang memiliki beberapa akan fasilitas dan pelayanan di antaranya sebagai berikut :

- Area Parkir kendaraan

- Mushola

- Kamar mandi / MCK

- Penginapan

- dan masih banyak lainya


Bagi wisatawan asal kota temanggung sudah tidak bingung lagi untuk mendatangi lokasi Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah . Akan tetapi bagaimana bagi wisatawan luar kota bahkan luar negeri, tentu mereka bingung dan takut kesasar. Tapi jangan khawatir bagi wisatawan luar kota temanggung saya mempunyai solusinya agar anda semua tidak kesasar.

Tentunya sarana transportasi apa yang anda pakai untuk berwisata ke Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah dengan memakai kendaraan pribadi seperti : Mobil atau motor pribadi. Anda bisa meminta panduan arah ke  Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah di google maps yang terpasang di smartphone anda. Karena memakai kendaraan pribadi akan lebih menyenangkan dari pada memakai kendaraan umum.

Akan tetapi jika anda memakai kendaraan umum seperti : bis umum atau angkutan lainnya juga bukan masalah besar, pasalnya anda bisa berhenti di terminal bus kota atau desa tujuan anda. Setelah itu melanjutkan dengan menggunakan ojek ataupun kendaraan pribadi anda menuju lokasi Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah tersebut.



Saran dan tips sebelum menuju ke tempat Wisata Kolam Cinta di Ngadirejo  Temanggung Jawa Tengah,anda perlu mempersiapkan keperluan yang akan butuhkan. Serta beberapa barang tambahan seperti  kamera karena anda pasti ingin mengabadikan moment bersama kelurga ataupun teman - teman anda.

Jangan lupa bawa perlengkapan kesehatan (contohnya adalah sabun, tissue basah, sampo, antiseptik). Siapkanlah fisik dan kendaraan anda supaya liburan anda berjalan dengan lancar. Jaga kondisi diri anda dan selalu berhati - hati.




sumber : http://www.teluklove.com/2016/12/pesona-keindahan-wisata-kolam-cinta-di.html


0 komentar:

TEMANGGUNG DENGAN TRADISI SADRANAN




Kabupaten Temanggung ini menyimpan historis budaya yang sangat kaya, salah satunya adalah tradisi Tenongan. Tradisi ini berasal dari kata Tenong, yakni sebuah wadah serba guna yang terbuat dari anyam-anyaman bambu. Tradisi ini berkembang di Dusun Demangan, Desa Candimulyo, Kecamatan Kedu. Hal ini diungkapkan oleh Noor Aini Rachmawati selaku Public Relation and Advertising Ezytravel.co.id dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (22/4).



Tradisi Tenongan kini menjadi ikon tradisional masyarakat sekitar yang diselenggarakan setiap tahunnya. Ritual acara ini dilakukan pagi hari, diawali masyarakat kumpul di sekitar komplek makam Kiai Demang yang merupakan peristirahatan terakhir Kiai Demang, leluhur dusun tersebut. Di sekeliling makam Kiai Demang, ada pula makam warga Dusun Demangan.



Dari rumah masing-masing warga Demangan berjalan beriringan mengusung tenong di kepalanya. Tenong tersebut diisi aneka lauk seperti ingkung, sambal goreng, mi, sayuran dan jajan pasar. Aneka makanan itu kemudian dibawa ke pemakaman.



Kegiatan tradisi nyadran ini memang tidak bisa dilepaskan dari Tenong. Piranti tradisional tersebut telah menjadi identitas kebudayaan Jawa sebagai tempat untuk membawa makanan. Uniknya dari kegiatan tradisi nyadran di Demangan, seluruh makanan yang disajikan hari itu tidak boleh dicicipi. Mereka meyakini bahwa apabila sampai melanggar hal itu, maka musibah akan muncul.



Ketika semuanya sudah berkumpul, warga lantas melantunkan ayat-ayat suci untuk mendoakan arwah para leluhur. Begitu selesai melantunkan ayat-ayat suci, warga baru boleh menyantap aneka masakan yang tadi dibawanya dengan Tenong. Seluruh warga berkumpul serta berbaur menjadi satu tanpa ada sekat atau jarak.



Kemudian mereka makan bersama dari sebuah tampah, satu tampah biasanya dikepung tiga hingga empat orang. Kebiasaan tradisi nyadran selain merupakan momen untuk mendoakan para leluhur, juga menjadi momen pertemuan bagi seluruh warga sekitar untuk berkumpul dan berinteraksi.



Untuk penyuka wisata sejarah tradisi, baiknya segera menjadwalkan agenda menyusuri Kabupaten Temanggung untuk menyaksikan tradisi nyadran tenong ini. Acara tersebut terbuka untuk umum dan siapa pun bisa turut menikmati aneka makanan yang tersaji sehingga tak perlu khawatir akan pulang dengan perut kosong.




sumber:  http://gayahidup.republika.co.id

0 komentar: